Tampilkan postingan dengan label Cisco. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cisco. Tampilkan semua postingan

Senin, 16 Mei 2011

Simulasi Setting dan Konfigurasi Router Cisco dengan Packet Tracer

       Sekarang kita akan mencoba mengkonfigurasi router dalam jaringan yang sederhana. Jaringan yang saya buat di sini terdiri dari 3 buah router dengan masing-masing router memiliki konfigurasi IP sebagai berikut.
  • Router 2 (Jaringan A : 10.121.1.0/24)
  • Router 0 (Jaringan B : 10.122.1.0/24)
  • Router 3 (Jaringan C : 10.123.1.0/24)
  • Jaringan antar router 0 dan router 2 : 10.122.69.0/24
  • Jaringan antar router 0 dan router 3 : 10.122.70.0/24
        Dalam tutorial Setting router ini, jaringan yang dibuat akan menggunakan routing static. Routing static maksudnya, kita membuat sendiri routing table-nya dan disimpan ke dalam memory router. Routing yang lain adalah dynamic routing. Dengan routing dynamic, kita lebih mudah dalam mengkonfigurasi router. Secara default, router cisco telah memiliki algoritma routing seperti RIP, EGP, BGP, dsb. yang telah tersimpan ke dalam memory. Administrator hanya tinggal memilih algoritma mana yang ingin digunakan.


        Routing static sesuai digunakan untuk jaringan dengan skala yang kecil sedangkan dynamic routing sesuai dengan jaringan dengan skala besar. Untuk jaringan dengan skala kecil, administrator jaringan lebih mudah memasukkan routing table karena hanya sedikit router yang digunakan. Sedangkan untuk jaringan dengan skala besar, dibutuhkan ketelitian yang tinggi karena banyaknya route untuk menghubungkan jaringan. 






Berikut ini adalah command yang diberikan untuk router 0
Router>enable *masuk ke privilege administrator
Router#configure terminal *masuk ke config
Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
Router(config)#interface fastEthernet 0/0 *memilih interface FE 0/0
Router(config-if)#ip address 10.122.1.1 255.255.255.0 *setting IP dan subnet
Router(config-if)#no shutdown *mengaktifkan port FE
Router(config-if)#exit
Router(config)#interface fastEthernet 1/0
Router(config-if)#ip address 10.122.69.2 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#interface fastEthernet 1/1
Router(config-if)#ip address 10.122.70.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#ip route 10.121.1.0 255.255.255.0 10.122.69.1 *memasukkan routing table
Router(config)#ip route 10.123.1.0 255.255.0.010.122.70.2
Router(config)#^Z *tekan ctrl+Z untuk keluar dari config
Router#
Command pada Router 2
Router>enable 
Router#configure terminal
Router(config)#interface fastEthernet 0/0
Router(config-if)#ip address 10.121.1.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#interface fastEthernet 0/1
Router(config-if)#ip address 10.122.69.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 10.122.69.2
Router(config)#^Z
Command pada Router 3
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#interface fastEthernet 0/0
Router(config-if)#ip address 10.123.1.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#interface fastEthernet 0/1
Router(config-if)#ip address 10.122.70.2 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 10.122.70.1
Router(config)#^Z
Router#
Router siap dihubungkan dengan komputer. Masukkan alamat IP komputer sesuai dengan jaringannya. Berikut ini adalah contoh IP address untuk jaringan di atas.
Jaringan A (sebelah kiri)
IP Address : 10.121.1.100
Netmask : 255.255.255.0
Gateway : 10.121.1.1
 
Jaringan B (tengah)
IP Address : 10.122.1.100
Netmask : 255.255.255.0
Gateway : 10.122.1.1
 
Jaringan C (kanan)
IP Address : 10.123.1.100
Netmask : 255.255.255.0
Gateway : 10.123.1.1

Semoga Bermanfaat.



Sumber : http://insanudin8.wordpress.com/

Minggu, 15 Mei 2011

Desain Jaringan Sederhana dengan Packet Tracer


         Packet tracer adalah software yang dikembangkan oleh cisco untuk simulasi jaringan  menggunakan perangkat-perangkat cisco. Mulai dari router, switch, perangkat wireless, dsb. Di sini, kita akan belajar bagaimana membuat jaringan sederhana menggunakan cisco router dengan static routing. Buat yang belum ada aplikasi packet tracer, bisa download di Sini. Packet tracer adalah freeware, kita tidak perlu membeli lisensi untuk menggunakannya.
Tampilan Packet tracer
Dengan packet tracer, kita bisa mensimulasikan jaringan dengan aplikasi server baik itu webserver, dhcp server, tftp server, dns server, ntp server, dsb. Selain itu, packet tracer juga mampu mensimulasikan perjalanan packet data dari satu DTE/DCE ke DTE/DCE yang lain.
Pada tutorial kali ini, kita akan mensimulasikan jaringan sederhana menggunakan 3 router cisco. Ambillah 3 router dari pojok kiri bawah, kemudian pilih tipenya. Pemilihan tipe ini berguna ketika kita ingin menambahkan modul interface yang baru. Misalkan kita ingin menambahkan tambahan port fastEthernet atau port serial RS232 untuk mengkoneksikan router dengan lebih dari 2 router yang lain secara langsung. Secara default, router cisco hanya memiliki 2 port fastEthernet, yaitu fastEthernet 0/0 dan fastEthernet 0/1.
Untuk membuat jaringan dengan 3 router, kita bisa menggunakan 2 skenario. Pertama dengan menambahkan modul fastEthernet dan kedua dengan menggunakan tambahan switch. Pada tutorial ini kita akan menggunakan scenario pertama, yaitu dengan menambahkan modul fastEthernet ke salah satu router.
Skenario topologi 1
Skenario Topologi 2

Desain Topologi Jaringan


       Langkah pertama adalah mendesain topologi jaringan. Desainlah topologi jaringan seperti pada gambar di atas. Ambil 3 buah router dengan cara drag gambar router di pojok kanan bawah. Pada tutorial ini akan kita gunakan 2 router cisco 2811 dan 1 router cisco 2620. Pada router cisco 2620 kita tambahkan modul berupa fastEthernet agar bisa langsung dikoneksikan dengan 2 router di sampingnya.

tambah modul router
Cara menambahkan modul, klik gambar router di worksheet kemudian akan muncul window baru seperti gambar di atas. Pada tab Physical akan muncul modules yang tersedia untuk masing-masing jenis router yang kamu klik. Selanjutnya pilih modulnya, dalam tutorial ini saya mengambil modul NM-2FE2W yaitu modul fastEthernet dengan 1 port.
Setelah itu, ambil switch dan PC lalu drag ke worksheet. Pada contoh di atas saya menggunakan 3 buah switch 2950 dengan 24 port dan 9 buah PC yang masing-masing jaringan mempunyai 3 PC. Hubungkan semua device dengan konektor yang sesuai. Misalnya untuk konektor dari router ke router memakai kabel cross sedangkan dari router ke switch dan dari switch ke router menggunakan kabel straight.
Untuk mempermudah tutorial ini, koneksi yang saya gunakan adalah sebagai berikut.
  • Router 2, FE 0/0 saya koneksikan dengan switch dan FE 0/1 saya koneksikan dengan port FE 0/1 Router 0
  • Router 0, FE 0/0 saya koneksikan dengan switch dan FE 1/1 saya koneksikan dengan port FE 0/1 Router 3
  • Router 3, FE 0/0 saya koneksikan dengan switch
Skenario pembagian IP adalah sebagai berikut. Lihat gambar scenario pertama.
  • Jaringan A : 10.122.69.0/24
  1. FE 0/0 : 10.122.69.1/24
  2. FE 0/1 : 202.46.129.2/24
  3. FE 1/1 : 202.46.130.1/24
  • Jaringan B : 172.15.1.0/24
  1. FE 0/0 : 172.15.1.1/24
  2. FE 0/1 : 202.46.129.1/24
  • Jaringan C : 192.168.1.0/24
  1. FE 0/0 : 192.168.1.1/24
  2. FE 0/1 : 202.46.130.2/24
Sekian Semoga Bermanfaat.


Selasa, 09 November 2010

RIP (Routing Information Protocol)


RIP routing dan protocol routing distance vector lainnya melakukan advertise informasi routing dengan jalan mengirim routing update keluar melalui interface pada router. informasi update ini berisi sederetan informasi yang mewakili subnet dan sebuah metric. Metric mewakili seberapa bagus rute / jalur menurut perspective router tersebut, dengan semakin kecil harga metric semakin bagus jalur tersebut.
Semua router yang menerima salinan routing update distance vector routing menerima informasi tersebut dan mungkin saja menambahkan beberapa jalur dalam routing table nya. Router penerima akan menambahkan jalur baru mengenai subnet ini berdasarkan routing update ini hanya jika dia tidak mempunyai informasi tentang route / jalur ini sebelumnya atau dia sudah mengetahui route ini akan tetapi informasi baru ini ternyata mempunyai informasi rute yang lebih bagus (metric lebih kecil).

Gambar dibawah ini menunjukkan dasar konsep distance vector routing update dengan hasil route yang dipelajarinya.

Dalam gambar diatas, router A melakukan advertise route (yang hanya berisi informasi subnet dan metric saja) kepada subnet LAN dimana dia berada kepada router B. Router B memperbaharui routing tablenya dengan tambahan informasi daripada data sebelumnya dan menerima routing update dari interface serial0 (S0). Sehingga router B menganggap interface serial 0 menjadi interface outgoing yang tepat untuk subnet 10.102.100.0. karena routing update berasal dari IP address 10.102.101.1, sehingga router B menganggap bahwa IP address merupakan IP address pada hop berikutnya.

Jika distance vector update tidak mengandung subnet mask seperti terlihat dalam gambar diatas, router B mengganggap bahwa router A juga menggunakan subnet mask yang sama dengan yang dimiliki router B. Andai saja router A mempunyai subnet mask yang berbeda dengan router B, maka bisa jadi router B akan melakukan asumsi yang salah dengan subnet mask. Dalam routing update ini tidak menyertakan subnet mask dalam informasinya, maka disebut sebagai classfull routing. Jadi jika subnet yang dikirim adalah class C maka dianggap bahwa default subnet masknya adalah 255.255.255.0. Classfull routing tidak support VLSM (variable length subnet mask).

Berikut ini adalah konsep dan karakteristik dari distance vector routing:
  • Routers selalu menambahkan langsung kepada routing table semua subnet yang bersentuhan langsung kepada router tersebut, walau tanpa routing protocol.
  • Router mengirim routing update keluar dari interface-interfacenya untuk meng-advertise route / jalur yang dia ketahui. Route ini meliputi route yang terhubung langsung dengannya maupun route yang dia pelajari dari router lainnya.
  • Router mendengarkan routing update dari tetangganya sehingga dia dapat mempelajari route-route baru.
  • Informasi routing berisi subnet dan metric. Metric mendefinisikan seberapa bagus suatu route, semakin kecil metricnya semakin bagus routenya.
  • Jika memungkinkan, router menggunakan broadcast atau multicast untuk mengirim routing update. Dengan menggunakan broadcast atau multicast, semua tetangga router akan menerima informasi routing update yang sama dalam sekali update saja.
  • Jika sebuah router mempelajari beberapa route dalam satu subnet yang sama, router akan memilih route terbaik berdasarkan metric (terendah)
  • Router secara periodic mengirim full update dan mengharapkan menerima update secara periodic juga dari router-router tetangganya.
  • Jika sebuah router gagal menerima update dari router tetangganya pada pereode waktu tertentu akan berakibat bahwa router tersebut akan menghapus route yang telah dipelajari sebelumnya dari router tetangganya.
  • Sebuah router berasumsi bahwa pada suatu route yang di advertise oleh router X, maka router pada hop berikutnya adalah router X.

RIP version 1 Routing

RIP menggunakan jumlah hop sebagai ukuran metric. Dalam arti, jika ada dua router antara si router dengan subnet yang dituju, maka metric nya adalah 2 untuk subnet tersebut.

Dengan memahami gambar diagram diatas, metric router B untuk kedua subnet yang terhubung langsung dengan kedua subnet adalah 0 sebab tidak ada router diantara B dan kedua subnet tersebut alias kedua subnet terhubung langsung dengan interface router.

Lihat juga di router A, metric untuk subnet 172.101.100.0 adalah 0 karena subnet tersebut menempel langsung kepada router A. Sementara subnet 172.101.103.0 dipisahkan oleh router B, maka metric untuk subnet tersebut dilihat dari router A adalah 1.

Akhirnya pada router C, metric untuk subnet 172.101.103.0 adalah 2 karena ada dua router yang memisahkan subnet tersebut dilihat dari router C. dan untuk subnet 172.101.100.0 metricnya adalah 1 dilihat dari router C.

Berikut adalah daftar beberapa fitur dari RIP-1 routing dibanding dengan protocol routing lainnya:
  • Berdasarkan pada distance vector logic
  • Metric menggunakan jumlah hop router
  • Update routing secara full dikirim per 30 detik sekali
  • Waktu convergence memakan waktu sekitaran 3 sampai 5 menit
  • RIP merupakan protocol classfull karena dia tidak mendukung VLSM

RIP Version 2 Routing

RIP version 2 (RIP-2) routing mempunyai beberapa pengembangan dari protocol aslinya RIP. RIP-2 masih menggunakan logica distance vector, menggunakan jumlah hop untuk metric, mengirim full update secara periodic, dan juga butuh waktu convergence yang masih lama juga. Akan tetapi dibanding dengan RIP-1, RIP-2 mendukung VLSM seperti halnya dengan protocol link-state lainnya misal OSPF, EIGRP, yang menjadikannya menjadi protocol routing classless.

Table berikut ini menegaskan beberapa pengembangan yang dibuat untuk RIP menjadi RIP routing version-2

Features Description
Mentransmisikan subnet mask bersama dengan route Fitur ini memungkinkan VLSM dengan memasukkan mask bersama setiap route update sehingga subnet mask di-definisikan dengan tepat. Hal ini menjadikan RIP-2 menjadi routing protocol classless.
Memberikan proses authentication Bisa menggunakan baik clear text password dan juga encryption MD5 (yg merupakan tambahan fitur Cisco) untuk authentication source dari routing update
Mengikutsertakan IP address hop router berikutnya dalam routing update-nya Sebuah router dapat meng-advertisekan sebuah route tapi mengarahkan setiap listener kepada suatu router yang berbeda pada subnet yang sama
Menggunakan tag route external RIP bisa meneruskan informasi mengenai route yang dipelajari dari sumber external dan mendistribusikannya kedalam RIP. Router yang lain kemudian meneruskan external tag ini kepada protocol yg sama tadi kedalam bagian jaringan yang berbeda, sehingga secara efektif membantu protocol routing lainnya juga meneruskan informasi ini.
Menggunakan routing update multicast Ketimbang membroadcast update kepada 255.255.255.255 seperti dalam RIP-1, destinasi IP address adalah 224.0.0.9 yang merupakan IP address multicast. 224.0.0.9 merupakan IP address yang dicadangkan khusus untuk RIP-2. Hal ini mengurangi jumlah processing yang dibutuhkan pada host-host yang tidak memakai RIP pada subnet yang sama.

Fitur yang paling penting dalam perbandingan kedua RIP adalah bahwa RIP-2 mendukung VLSM sehingga menjadikannya classless protocol. RIP-1 sudah menjadi masa lalu, jadi jika anda menggunakan RIP – pastikan menggunakan RIP-2 yang lebih fungsional. Jika anda ingin menggunakan routing protocol standard yang umum dipakai sementara anda tidak mau repot dengan keruwetan l ink-state protocol, maka RIP-2 adalah pilihan yang tepat.

Sumber : http://www.ecgalerycomputer.co.cc/

Senin, 25 Oktober 2010

Aministrative Distance

       Administrative distance (AD) adalah fitur yang dimiliki oleh router untuk memilih jalur terbaik ketika terdapat dua atau lebih jalur menuju tujuan yang sama dari dua routing protocol yang berbeda. Administrative distance menyatakan “reliability” dari sebuah routing protocol. Tiap routing protocol diprioritaskan terhadap yang lain dengan bantuan besaran/nilai Administrative Distance (AD).

Pemilihan Jalur Tebaik [The Best Path]
Administrative distance adalah kriteria pertama yang digunakan oleh router untuk menentukan routing protocol yang harus dijalankan, jika terdapat dua routing protocol yang menyediakan jalur untuk tujuan yang sama. AD adalah sebuah ukuran “trustworthiness” dari source of routing information. AD hanya mempunyai local significance, dan tidak melakukan advertise dalam routing update.
Nilai AD yang lebih kecil, lebih dipercaya/reliable. Contoh, Jika sebuah router menerima informasi tentang jalur menuju jaringan tertentu dari Open Shortest Path First (OSPF) (default administrative distance - 110) dan Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) (default administrative distance - 100), Router akan memilih IGRP karena IGRP lebih dipercaya/reliable karena memiliki AD yang lebih kecil dibandingkan OSPF.
Jika source address untuk IGRP hilang atau tidak dikenal, maka router akan memilih/menjalankan routing OSPF sampai IGRP aktif kembali.

Tabel Nilai Default Administrative Distance (AD) pada Router Cisco :



Route SourceDefault Distance Values
Connected interface0
Static route1
Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) summary route5
External Border Gateway Protocol (BGP)20
Internal EIGRP90
IGRP100
OSPF110
Intermediate System-to-Intermediate System (IS-IS)115
Routing Information Protocol (RIP)120
Exterior Gateway Protocol (EGP)140
On Demand Routing (ODR)160
External EIGRP170
Internal BGP200
Unknown*255


* Jika administrative distance 255, artinya router tidak mengenali source, sehingga route/jalur tidak akan diinstall/disimpan dalam table routing.

Jika anda menggunakan “route redistribution”, anda harus memodifikasi administrative distance dari Routing Protocol yang digunakan sehingga bisa melakukan prioritas. Contoh, anda ingin router memilih protocol RIP (AD 120) daripada IGRP (AD 100) ke tujuan yang sama. Anda harus memperbesar administrative distance untuk IGRP lebih dari 120, atau menurunkan administrative distance RIP lebih kecil dari 100.
Anda juga bisa memodifikasi administrative distance dengan menggunakan “distance command” pada “routing process subconfiguration mode”. Command ini menunjukkan bahwa “administrative distance” diterapkan pada “route/jalur” yang digunakan oleh “routing protocol” tertentu. Anda harus menggunakan prosedur ini ketika melakukan migrasi jaringan dari satu “routing protocol” tertentu ke “routing protocol” yang lain, dan route/jalur yang dipilih paling akhir adalah yang mempunyai nilai “administrative distance” terbesar. Perubahan administrative distance bisa menyebabkan “routing loops” dan “black holes”. Jadi, harap berhati-hati jika anda ingin merubah administrative distance.

Berikut contoh 2 routers, R1 dan R2, yang terhubung via Ethernet. Interface Loopback melakukan “advertise” RIP dan IGRP pada kedua router. Terlihat bahwa IGRP lebih disukai (preferred) daripada RIP pada tabel routing karena administrative distance-nya 100.
R1#show ip route

Gateway of last resort is not set

172.16.0.0/24 is subnetted, 1 subnets
C 172.16.1.0 is directly connected, Ethernet0
I 10.0.0.0/8 [100/1600] via 172.16.1.200, 00:00:01, Ethernet0
C 192.168.1.0/24 is directly connected, Loopback0

R2#show ip route

Gateway of last resort is not set

172.16.0.0/24 is subnetted, 1 subnets
C 172.16.1.0 is directly connected, Ethernet0
C 10.0.0.0/8 is directly connected, Loopback0
I 192.168.1.0/24 [100/1600] via 172.16.1.100, 00:00:33,
Agar router R1 lebih memilih RIP daripada IGRP, ubah distance seperti dibawah ini:
R1(config)#router rip
R1(config-router)#distance 90
Sekarang lihat pada routing tabel. Router lebih memilih RIP. Router melihat RIP dengan AD 90, walaupun defaultnya 120. Catatan, bahwa nilai baru AD hanya untuk router proses dari single router (dalam hal ini R1). R2 masih memiliki IGRP dalam routing tabelnya.
R1#show ip route

Gateway of last resort is not set

172.16.0.0/24 is subnetted, 1 subnets
C 172.16.1.0 is directly connected, Ethernet0
R 10.0.0.0/8 [90/1] via 172.16.1.200, 00:00:16, Ethernet0
C 192.168.1.0/24 is directly connected, Loopback0

R2#show ip route

Gateway of last resort is not set

172.16.0.0/24 is subnetted, 1 subnets
C 172.16.1.0 is directly connected, Ethernet0
C 10.0.0.0/8 is directly connected, Loopback0
I 192.168.1.0/24 [100/1600] via 172.16.1.100, 00:00:33,
Tidak ada panduan secara umum merubah AD, karena kebutuhan setiap jaringan berbeda dan bervariasi. Anda harus menentukan matrix AD yang sesuai untuk jaringan secara keseluruhan.

Penerapan lain Administrative Distance
Salah satu alasan merubah nilai administrative distance adalah ketika anda menggunakan Routing Static untuk membackup routing lain seperti IGP. Hal ini digunakan untuk mengaktifkan link backup ketika primay link down/fail.

Contoh, anda menggunakan routing tabel R1. Dalam hal ini terdapat line ISDN yang berfungsi sebagai backup jika link utama/primary down/fail. Berikut contoh “Floating Static” untuk rute ini:
ip route 10.0.0.0 255.0.0.0 Dialer 1 250

!— Note: The Administrative Distance is set to 250. 
Jika interface Ethernet down/fail, atau secara manual dijatuhkan (shutdown) pada interface Ethernet, “floating static route” segera beraksi dalam tabel routing. Semua traffic yang menuju network 10.0.0.0/8 selanjutnya akan melalui interface Dialer 1 sebagai link backup. Berikut tabel routing setelah primary link down:
R1#show ip route
Gateway of last resort is not set
172.16.0.0/24 is subnetted, 1 subnets
C 172.16.1.0 is directly connected, Ethernet0
S 10.0.0.0/8 is directly connected, Dialer1
C 192.168.1.0/24 is directly connected, Loopback0


Sumber :  http://www.ecgalerycomputer.co.cc/2010/07/administrative-distance-ad-pada-routing.html

Rabu, 13 Oktober 2010

Default Routing

Router adalah perangkat yang memutuskan jalur mana yang dipilih untuk mengirim paket data untuk mendapatkan satu langkah lebih dekat ke tujuan, dan kemudian mengirimkannya di sana.

Dalam rangka untuk membuat keputusan ini, router melihat alamat tujuan pada paket dan kemudian berkonsultasi daftar aturan diprogram ke router oleh orang yang mengaturnya. Jika tidak ada aturan eksplisit meliputi paket ini - jika router tidak diprogram dengan sebuah aturan tentang bagaimana untuk rute paket ke tujuan tertentu - maka router mengirimkan paket ke rute default.
Dengan kata lain, rute default adalah tujuan bahwa suatu paket dikirim ke jika router tidak memiliki petunjuk untuk mengirim di tempat lain.
Sebagai contoh, pertimbangkan sebuah router rumah sederhana yang menghubungkan jaringan rumah Anda ke Internet. router ini akan memiliki dua aturan routing - satu untuk komputer pada jaringan internal Anda, dan default route. Rute standar akan mengirim paket hulu ke ISP Anda. Sehingga setiap paket yang tidak akan komputer lain di rumah Anda akan selalu dikirim ke Internet.


Routing default secara actual menggunakan format :
  • ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 [next-hop-address | outgoing interface ]
  • Mask 0.0.0.0

Secara logika jika kita AND-kan dengan IP address tujuan selalu menunjuk ke jaringan 0.0.0.0. Jika paket tidak cocok dengan rute yang ada dalam table routing, maka paket akan dirutekan ke jaringan 0.0.0.0.
Di bawah ini adalah langkah-langkah untuk mengkonfigurasi routing default:
  •  Langkah 1 – masuk mode global configuration.
  •  Langkah 2 – ketik perintah ip route dengan 0.0.0.0 sebagi prefix dan 0.0.0.0 sebagai mask.
    Alamat tambahan untuk routing default dapat berupa address dari local interface yang terhubung langsung ke jaringan luar atau IP address dari next-hop router.
  • Langkah 3 – keluar dari mode global config.
  • Langkah 4 – gunakan perintah copy running config startup-config untuk menyimpan konfigurasi yang sedang jalan ke NVRAM.


Packet Tracer Program Simulasi Jaringan yang Handal



Cisco Packet Tracer merupakan program Simulasi Jaringan yang handal yang memungkinkan siswa untuk bereksperimen dengan perilaku jaringan dan bertanya dengan pertanyaan "bagaimana jika". Sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang komprehensif Networking Academy, Packet Tracer menyediakan simulasi, visualisasi, authoring, penilaian, dan kemampuan kolaborasi dan memfasilitasi proses belajar mengajar  dari konsep teknologi yang kompleks.

Packet Tracer menyediakan peralatan fisik di kelas dengan memungkinkan siswa untuk menciptakan jaringan dengan hampir tidak terbatas jumlah perangkat, mendorong praktik, penemuan, dan pemecahan masalah. Lingkungan belajar simulasi berbasis membantu siswa mengembangkan keterampilan abad 21 seperti pengambilan keputusan, berpikir kreatif dan kritis, dan pemecahan masalah.


Packet Tracer melengkapi kurikulum Networking Academy, memungkinkan instruktur dengan mudah mengajar dan menunjukkan konsep-konsep teknis yang rumit dan desain
Sistem Jaringan . Dengan Packet Tracer, instruktur dapat menyesuaikan kegiatan individu atau multiuser. Siswa dapat membangun, mengkonfigurasi, dan memecahkan permasalahan pada jaringan menggunakan peralatan virtual dan koneksi simulasi, sendiri atau bekerja sama dengan siswa lain. Yang paling penting, Packet Tracer membantu siswa dan instruktur menciptakan "dunia jaringan" mereka sendiri virtual untuk eksplorasi, eksperimentasi, dan penjelasan tentang konsep jaringan dan teknologi.

Seluruh kegiatan dalam Packet Tracer termasuk dalam CCNA Discovery, CCNA Exploration dan kurrikulum CCNA Security untuk menyediakan pengalaman belajar yang kaya akan Teknologi Jaringan.


Bagi yang ingin menDownload Paket Tracer 5.3 Cisco silahkan klik di Sini

Minggu, 03 Oktober 2010

Static Routing




Apa yg dimaksud dengan static routing ?, static routing adalah salah satu cara untuk membuat table routing secara manual.
Static routing ini berguna untuk jaringan sederhana yg menggunakan beberapa router dan juga untuk menghemat penggunaan bandwidth.
Bagaimana cara membuat static routing ???
Dalam Cisco Router, static routing secara default sudah dalam posisi enable, jadi jika ingin membuat IPstatic routing cukup dengan mengetikkan perintah :
Router(config)#ip route <network destination id> <subnet mask> <default gateway> <administrative distance>
apa itu <network destination id> ??? adalah alamat jaringan yg dituju
apa itu <subnet mask> ??? adalah subnet mask dari jaringan yg dituju
apa itu <default gateway> ??? adalah IP address Gateway, biasanya IP address router yg berhubunganlangsung.
Apa itu <administrative distance> ??? adalah nilai 0-255 yg diberikan pada routing. Bertambah rendah nilai yg diberikan bertambah tinggi kegunaannya. Jika tidak diberikan, nilai default akan dipakai. Nilai default untuk directly connected (C) =0 dan statically connected (S) =1.
Contoh : Router0(config)# ip route 192.168.12.0 255.255.255.0 202.200.100.2
Study kasus, terdapat 3 router yg menghubungkan 4 IP Network yg berbeda, dimana masing-2x pc client harus dapat berkomunikasi satu dengan lainnya. Gimana configurasi didalamnya ?? supaya semua pc bs terhubung satu dengan lainnya ???
Router0 configuration :
Cab.Jakarta#sh run
Building configuration…
Current configuration : 709 bytes
!
version 12.3
no service password-encryption
!
hostname Cab.Jakarta
!
interface FastEthernet0/0
no ip address
duplex auto
speed auto
shutdown
!
interface FastEthernet0/1
no ip address
duplex auto
speed auto
shutdown
!
interface Serial0/0/0
ip address 202.200.200.1 255.255.255.252
clock rate 64000
!
interface Serial0/0/1
ip address 202.200.100.1 255.255.255.252
clock rate 64000
!
interface Vlan1
no ip address
shutdown
!
ip classless
ip route 192.168.13.0 255.255.255.0 202.200.100.2
ip route 192.168.12.0 255.255.255.0 202.200.100.2
ip route 192.168.10.0 255.255.255.0 202.200.200.2
ip route 192.168.11.0 255.255.255.0 202.200.200.2
!
!
line con 0
line vty 0 4
login
!
!
end
Cab.Jakarta#
Router1 configuration :
Cab.Bandung#sh run
Building configuration…
Current configuration : 587 bytes
!
version 12.3
no service password-encryption
!
hostname Cab.Bandung
!
interface FastEthernet0/0
ip address 192.168.10.1 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
!
interface FastEthernet0/1
ip address 192.168.11.1 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
!
interface Serial0/0/0
ip address 202.200.200.2 255.255.255.252
!
interface Vlan1
no ip address
shutdown
!
ip classless
ip route 202.200.100.0 255.255.255.252 202.200.200.1
ip route 192.168.13.0 255.255.255.0 202.200.100.2
ip route 192.168.12.0 255.255.255.0 202.200.100.2
!
!
line con 0
line vty 0 4
login
!
!
end
Cab.Bandung#
Router2 configuration :
Cab.Bogor#sh run
Building configuration…
Current configuration : 585 bytes
!
version 12.3
no service password-encryption
!
hostname Cab.Bogor
!
!
interface FastEthernet0/0
ip address 192.168.12.1 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
!
interface FastEthernet0/1
ip address 192.168.13.1 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
!
interface Serial0/0/0
ip address 202.200.100.2 255.255.255.252
!
interface Vlan1
no ip address
shutdown
!
ip classless
ip route 202.200.200.0 255.255.255.252 202.200.100.1
ip route 192.168.10.0 255.255.255.0 202.200.200.2
ip route 192.168.11.0 255.255.255.0 202.200.200.2
!
!
line con 0
line vty 0 4
login
!
!
end
Cab.Bogor#
Ping test dari PC0 to PC7
PC>ping 192.168.13.11
Pinging 192.168.13.11 with 32 bytes of data:
Reply from 192.168.13.11: bytes=32 time=181ms TTL=125
Reply from 192.168.13.11: bytes=32 time=227ms TTL=125
Reply from 192.168.13.11: bytes=32 time=264ms TTL=125
Reply from 192.168.13.11: bytes=32 time=302ms TTL=125
Ping statistics for 192.168.13.11:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss),
Approximate round trip times in milli-seconds:
Minimum = 181ms, Maximum = 302ms, Average = 243ms
Ping test dari PC0 to PC7
PC>ping 192.168.11.10
Pinging 192.168.11.10 with 32 bytes of data:
Reply from 192.168.11.10: bytes=32 time=258ms TTL=125
Reply from 192.168.11.10: bytes=32 time=291ms TTL=125
Reply from 192.168.11.10: bytes=32 time=220ms TTL=125
Reply from 192.168.11.10: bytes=32 time=237ms TTL=125
Ping statistics for 192.168.11.10:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss),
Approximate round trip times in milli-seconds:
Minimum = 220ms, Maximum = 291ms, Average = 251ms

Sumber : http://www.baqare.com/index.php/static-routing